Monday, 18 March 2013

Sejarah Tembok Berlin

Tembok Berlin adalah sebuah tembok pembatas terbuat dari beton yang dibangun oleh Republik Demokratik Jerman (Jerman Timur) yang memisahkan Berlin Barat dan Berlin Timur serta daerah Jerman Timur lainnya sehingga membuat Berlin Barat sebuah enklave. Tembok ini mulai dibangun pada tanggal 13 Agustus 1961. Tembok pembatas ini juga dibarengi dengan pendirian menara penjaga yang dibangun sepanjang tembok ini,  juga pendirian sebuah daerah terlarang, yang diisi dengan ranjau anti kendaraan. Para pemerintah Jerman Timur menyatakan bahwa tembok ini dibangun untuk melindungi para warganya dari elemen-elemen fasis yang dapat memicu gerakan-gerakan besar, sehingga mereka dapat membentuk pemerintahan komunis di Jerman Timur. Meski begitu, dalam prakteknya, ternyata tembok ini digunakan untuk mencegah larinya penduduk Berlin Timur ke wilayah Berlin Barat, yang berada dalam wilayah Jerman Barat.
Sebelum pembangunan tembok ini, ada sekitar 3,5 juta warga Jerman Timur yang bermigrasi dan membelot ke barat, salah satunya dengan melewati perbatasan Jerman Timur dan Jerman Barat, lalu kemudian mereka pun bisa pergi ke negara Eropa Barat lainnya. Diantara tahun 1961 dan 1969, tembok ini pun mencegah hal itu.  Di rentang waktu kira-kira 30 tahun ini, ada sekitar 5.000 orang yang mencoba kabur, dengan estimasi ada 100 sampai 200 orang yang meninggal karena ditembak.
Pada tahun 1989, ada perubahan politik radikal di kawasan Blok Timur, yang berhubungan dengan liberalisasi sistem otoritas di Blok Timur dan juga mulai berkurangnya pengaruh Uni Soviet di negara-negara seperti Polandia dan Hungaria. Setelah kerusuhan sipil selama beberapa minggu, pemerintah Jerman Timur mengumumkan tanggal 9 November 1989 bahwa rakyat Jerman Timur boleh pergi ke Jerman Barat dan Berlin Barat. Maka, kerumunan orang Jerman Timur pun menyeberangi dan memanjat tembok itu, diikuti pula dengan warga Jerman Barat di sisi lain untuk merayakan atmosfer kebebasan. Beberapa minggu setelahnya, euforia publik dan pemburu souvenir akhirnya meretakkan bagian-bagian tembok itu. Nantinya, sebagian besar tembok ini dihancurkan oleh pemerintah menggunakan alat berat. Kejatuhan dari Tembok Berlin membuka jalan terbentuknya Reunifikasi Jerman, 3 Oktober 1990.

Sumber : PalingSeru

Monumen Anjing Hachiko di Jepang

Siapa tak kenal kisah anjing Hachiko yang setia menunggu tuannya di Stasiun Shibuya, sampai si anjing ini meninggal. Kisah haru ini begitu mendunia sampai difilmkan Hollywood. Kunjungilah monumennya di Shibuya.

Kalau Anda berkunjung ke Tokyo, sempatkan untuk mengunjungi Shibuya-eki, atau Stasiun KA Shibuya di tengah keramaian Kota Tokyo. Selain Anda akan belajar tentang penataan arus manusia secara tertib dan nyaman, Anda juga akan bertemu dengan salah satu monumen yang dibangun warga Jepang untuk menghormati kesetiaan.

Stasiun Shibuya adalah salah satu stasiun komuter tersibuk di Jepang. Jutaan orang keluar masuk stasiun dengan untuk memanfaatkan jasa kereta api yang berbagai tujuan yang berhenti di stasiun tersebut. Tidak ada luapan orang, tidak ada yang berjejal. Semua tertib dan nyaman.

Lebih dari itu, sesampai Anda di Shibuya, jangan lewatkan untuk singgah atau setidaknya mampir di sebuah taman di samping stasiun, di dekat pintu keluar stasiun. Taman kecil yang bersih dan tertata apik itu terselip di antara bangunan-bangunan beton yang menjulang. Di sebelahnya adalah perempatan terpadat di Tokyo.

Namun di taman kecil tersebut selalu menjadi pilihan orang-orang, terutama anak-anak muda untuk beristirahat di bawah rimbun pohon besar, bertemu dengan orang tercinta, atau sekadar ingin berfoto dengan patung seekor anjing yang dipasang di tengah-tengah taman.

Patung anjing tersebut memang mendapat perhatian khusus. Patung itu menggambarkan seekor anjing duduk dengan arah pandangan ke sebuah gerbong kereta kuno yang sengaja dipasang di bekas rel lama Stasiun Shibuya. Patung itu menunjukkan ekspresi seekor anjing yang sedang mengawasi sesuatu secara seksama, atau tepatnya menunggu sesuatu dengan sabar dan penuh harap.

Patung anjing itu memang sangat terkenal di Jepang, terutama di Tokyo. Patung itu didedikasikan untuk Hachiko, nama seekor anjing yang kesetiaannya kepada pemiliknya menginspirasi warga Jepang tentang nilai kesetiaan dan loyalitas.

Hachiko adalah seekor anjing dari Akita, sebuah daerah di Jepang. Dia dilahirkan pada tahun 1923 dan sejak kecil dipelihara oleh Profesor Hidesaburo Ueno, guru besar ilmu pertanian di Universitas Tokyo, yang tinggal kawasan Shibuya. Hubungan batin antara sang profesor dengan anjing piaraan ini telah sedemikian akrab setelah selama bertahun-tahun bersahabat.

Hachiko selalu mengantar sang profesor naik kereta di Stasiun Shibuya untuk berangkat bekerja dan dia selalu menunggu di stasiun tersebut pada jam 15.00 waktu setempat, untuk menjemput sang profesor. Demikian dilakukan hingga bertahun-tahun dengan penuh rasa kesetiakawanan dari kedua pihak, sang profesor dan si anjing.

Namun kisah kesetiaan Hachiko dimulai ketika suatu ketika sang profesor meninggal mendadak di kampusnya karena serangan jantung. Jenazah sang profesor dikebumikan di daerah asalnya, tidak melewati Shibuya. Meski demikian Hachiko terus menunggu dengan setia menunggu kepulangan sang profesor.

Hachiko menjadi anjing pengembara yang memakan apa saja untuk mengganjal lapar. Namun setiap jam 15.00 waktu setempat, Hachiko pasti telah berada di tempat yang biasa menjadi tempat pertemuan antara dirinya dengan sang profesor. Hal itu terus dilakukannya selama sembilan tahun kemudian. Hachiko kemudian ditemukan mati persis di titik penantiannya, pada tahun 1935.

"Konon dia mati dengan tatapan pandangan persis ke arah stasiun. Setelah perutnya dibedah, ternyata di dalamnya ditemukan berbagai sampah seperti plastik, kayu, kerikil, tusuk sate dan lain-lainnya. Mungkin dia kelaparan sehingga memakan apa saja," ujar Andre, seorang pemandu wisata di Jepang.

Kisah Hachiko dan kesetiaannya lalu menyebar di seantero Jepang. Kisah yang menyentuh tersebut kemudian diabadikan warga Jepang dengan membuatkan patung dari bahan perunggu kualitas istimewa, persis di tempat Hachiko mati. Di depannya juga dipasang gerbong kereta api kuno untuk menguatkan penggambaran penantian Hachiko.

Hachiko semakin mendunia ketika kisahnya diangkat ke layar lebar oleh Hollywood dengan judul 'Hachi: The Dog’s Tale' pada tahun 2009. Film garapan sutradara Lasse Halstrom ini dibintangi Richard Gere.

"Ada yang mengatakan bahwa kisah Hachiko hanyalah rekaan orang Jepang untuk meningkatkan kedisplinan dan loyalitas warganya. Namun sejauh yang saya tahu, kisah Hachiko adalah kisah nyata. Saya kira di banyak negara kisah-kisah inspiratif seperti itu juga ada. Kebetulan yang terjadi di Jepang adalah tentang kisah sang profesor dan Hachiko yang kemudian dikenang dan diabadikan," ujar Takonai, salah satu warga Jepang kepada detikTravel.

Waktu telah terbentang sedemikian lama, namun kisah kesetiaan terus abadi. Bahkan, tubuh Hachiko saat ini disimpan di Museum Natural Science, Ueno, Tokyo. Sedangkan tempat kematiannya yang juga tempat pertemuan antara dia dengan Profesor Hidesaburo kini menjadi meeting point anak-anak muda untuk bertemu dengan orang-orang tercintanya.

Jika Anda datang ke Tokyo, sempatkan datang ke Stasiun Shibuya. Dari kisah Hachiko, si anjing Akita yang ceritanya telah diabadikan sedemikian rupa, kita bisa berkaca atau menakar kesetiaan kita dalam persahabatan atau kepada orang-orang tercinta.

Sumber : DetikTravel

Tokoh Intelektual di Balik Premanisme di Jakarta

Premanisme kelihatannya semakin marak terjadi di berbagai kota di Indonesia,baik yang dilakukan secara perorangan maupun secara berkelompok .Mereka itu bukan hanya berasal dari status sosial rendah,tetapi juga berasal dari status sosial menengah dan bahkan tidak mustahil mereka berasal dari status sosial tinggi.

Premanisme tersebut terjadi dengan berbagai pula motivasi dan modus operandinya,namun terkesan ada suatu pembiaran dari kelompok tertentu untuk meraih tujuan-tujuan tertentu pula.Premanisme yang kerap kali muncul itu bukan hanya karena perebutan lahan-lahan parkir ,tetapi juga bisa saja sebagai pelampiasan ke tidak puasan  komunitas tertentu terhadap kegalauan , ketidak pedulian pemerintah untuk memberantas berbagai skandal kerah putih di negeri ini.

Aksi-aksi premanisme yang sudah meresahkan masyarakat Indonesia,seperti di Bandung,Jakarta ,Medan, Tasikmalaya  dan sebagainya itu telah menimbulkan beberapa korban jiwa .Meskipun di kota kota Bandung Tasikmalaya kelihatannya mulai mereda,tetapi aksi-aksi premanisme berupa  geng motor tersebut belumlah tuntas.Dan mereka itu bisa muncul dimana-mana tanpa diketahui apa sesungguhnya tujuan mereka yang sebenarnya,karena mereka dalam berbagai aksi-aksinya tidak tebang pilih ,serta tidak pandnag bulu.

Jika di kota Bandung mereka dikenal sebagai Moundraker,Extasi dan sebagainya itu pernah menimbulkan keresahan masyarakat.Namun kononnya kemudian organisasi geng motor tersebut sudah di bubarkan oleh pihak keamanan,lalu mereka di bina supaya aktifitasnya terarah sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma sosial yang ada dalam masyarakat.Sementara sisanya ditangkap dan diadili karena terkait berbagai aksi-aksi kejahatan  yang mereka lakukan.

Setelah itu aksi-aksi mereka relatif berkurang,meskipun belum hilang sama sekali karena kononnya dilagi ada pihak-pihak yang mendukung eksistensi mereka.Hal serupa kini terjadi di ibukota Jakarta,yang lebih dahsyad lagi karena didepan hidung pusat pemerintahan Indonesia.Bahkan aksi-aksi premanisme lebih massif  yang sangat meresahkan masyarakat Indonesia,yang justeru dilakukan oleh orang-orang yang berbadan tegap dan berambut cepak serta terkesan lebih terorganisir.

Dalam konteks ini juga sepertinya ada pembiaran,sehingga mereka dengan leluasa menggasak apapun yang ada disekitarnya.Mereka menganianya orang yang di jumpainya,serta merampok mall dan warung dan merusak kenderaan yang ada ditepi jalan.Mulanya mereka mengadakan berbagai balapan-balapan liar di tengah malam ,sehingga mengganggu ketenangan warga setempat.Lalu dari sana muncullah pula tawuran, pengeroyokan,perampasan dan sebagainya.

Bahkan menurut saksi mata yang disamarkan namanya"Budi"dalam wawancara Live TV One,Jum'at 13 April 2012 pukul 14.30 wib,bahwa aksi yang terjadi di Jalan Benyamin Sueb ,31 Maret 2012 dilakukan oleh 200 orang .Disana hampir tiap malam ada balap-balapan liar,yang kemudian menimbulkan suatu pengeroyokan terhadap  Arifin,salah seorang personil AL yang selanjutnya ia meninggal dunia karena luka-lukanya.

Setelah salah seorang anggota TNI-AL  tewas karena pengeroyokan tersebut,maka tanggal 7,8 dan 13 April aksi-aksi premanisme semakin massif  terjadi di berbagai tempat di Jakarta.Seperti Kemayoran,Jakarta Pusat,dan sebagaainya.Aksi-aksi semacam itu mustahil tidak diketahui oleh aparat kepolisian,solanya aksi-aksi dilakukan oleh ratusan orang ,sebagiamana mereka lakukan serbuan ke RSPAD  Gotot Subroto , Jakarta.

Mengapa aksi-aksi tersebut sempat terjadi ,padahal aparat keamanan memiliki intelijen yang bisa sejak dini mencegahnya.Namun senantiasa terlambat,setelah aksi-aksi preman yang keji itu menimbulkan korban jiwa baru bertindak laksana pemadam kebakaran.Ada siapa dibalik kerusuhan tersebut ? perlu dengan segera di usut tuntas ,tegakkan hukum terhadap siapapun yang terlibat tanpa tebang pilih sebagaimana aksi mereka lakukan terhadap masyarakat tanpa pandang bulu dan juga tanpa tebang pilih tersebut.