Monday, 18 March 2013

Monumen Anjing Hachiko di Jepang

Siapa tak kenal kisah anjing Hachiko yang setia menunggu tuannya di Stasiun Shibuya, sampai si anjing ini meninggal. Kisah haru ini begitu mendunia sampai difilmkan Hollywood. Kunjungilah monumennya di Shibuya.

Kalau Anda berkunjung ke Tokyo, sempatkan untuk mengunjungi Shibuya-eki, atau Stasiun KA Shibuya di tengah keramaian Kota Tokyo. Selain Anda akan belajar tentang penataan arus manusia secara tertib dan nyaman, Anda juga akan bertemu dengan salah satu monumen yang dibangun warga Jepang untuk menghormati kesetiaan.

Stasiun Shibuya adalah salah satu stasiun komuter tersibuk di Jepang. Jutaan orang keluar masuk stasiun dengan untuk memanfaatkan jasa kereta api yang berbagai tujuan yang berhenti di stasiun tersebut. Tidak ada luapan orang, tidak ada yang berjejal. Semua tertib dan nyaman.

Lebih dari itu, sesampai Anda di Shibuya, jangan lewatkan untuk singgah atau setidaknya mampir di sebuah taman di samping stasiun, di dekat pintu keluar stasiun. Taman kecil yang bersih dan tertata apik itu terselip di antara bangunan-bangunan beton yang menjulang. Di sebelahnya adalah perempatan terpadat di Tokyo.

Namun di taman kecil tersebut selalu menjadi pilihan orang-orang, terutama anak-anak muda untuk beristirahat di bawah rimbun pohon besar, bertemu dengan orang tercinta, atau sekadar ingin berfoto dengan patung seekor anjing yang dipasang di tengah-tengah taman.

Patung anjing tersebut memang mendapat perhatian khusus. Patung itu menggambarkan seekor anjing duduk dengan arah pandangan ke sebuah gerbong kereta kuno yang sengaja dipasang di bekas rel lama Stasiun Shibuya. Patung itu menunjukkan ekspresi seekor anjing yang sedang mengawasi sesuatu secara seksama, atau tepatnya menunggu sesuatu dengan sabar dan penuh harap.

Patung anjing itu memang sangat terkenal di Jepang, terutama di Tokyo. Patung itu didedikasikan untuk Hachiko, nama seekor anjing yang kesetiaannya kepada pemiliknya menginspirasi warga Jepang tentang nilai kesetiaan dan loyalitas.

Hachiko adalah seekor anjing dari Akita, sebuah daerah di Jepang. Dia dilahirkan pada tahun 1923 dan sejak kecil dipelihara oleh Profesor Hidesaburo Ueno, guru besar ilmu pertanian di Universitas Tokyo, yang tinggal kawasan Shibuya. Hubungan batin antara sang profesor dengan anjing piaraan ini telah sedemikian akrab setelah selama bertahun-tahun bersahabat.

Hachiko selalu mengantar sang profesor naik kereta di Stasiun Shibuya untuk berangkat bekerja dan dia selalu menunggu di stasiun tersebut pada jam 15.00 waktu setempat, untuk menjemput sang profesor. Demikian dilakukan hingga bertahun-tahun dengan penuh rasa kesetiakawanan dari kedua pihak, sang profesor dan si anjing.

Namun kisah kesetiaan Hachiko dimulai ketika suatu ketika sang profesor meninggal mendadak di kampusnya karena serangan jantung. Jenazah sang profesor dikebumikan di daerah asalnya, tidak melewati Shibuya. Meski demikian Hachiko terus menunggu dengan setia menunggu kepulangan sang profesor.

Hachiko menjadi anjing pengembara yang memakan apa saja untuk mengganjal lapar. Namun setiap jam 15.00 waktu setempat, Hachiko pasti telah berada di tempat yang biasa menjadi tempat pertemuan antara dirinya dengan sang profesor. Hal itu terus dilakukannya selama sembilan tahun kemudian. Hachiko kemudian ditemukan mati persis di titik penantiannya, pada tahun 1935.

"Konon dia mati dengan tatapan pandangan persis ke arah stasiun. Setelah perutnya dibedah, ternyata di dalamnya ditemukan berbagai sampah seperti plastik, kayu, kerikil, tusuk sate dan lain-lainnya. Mungkin dia kelaparan sehingga memakan apa saja," ujar Andre, seorang pemandu wisata di Jepang.

Kisah Hachiko dan kesetiaannya lalu menyebar di seantero Jepang. Kisah yang menyentuh tersebut kemudian diabadikan warga Jepang dengan membuatkan patung dari bahan perunggu kualitas istimewa, persis di tempat Hachiko mati. Di depannya juga dipasang gerbong kereta api kuno untuk menguatkan penggambaran penantian Hachiko.

Hachiko semakin mendunia ketika kisahnya diangkat ke layar lebar oleh Hollywood dengan judul 'Hachi: The Dog’s Tale' pada tahun 2009. Film garapan sutradara Lasse Halstrom ini dibintangi Richard Gere.

"Ada yang mengatakan bahwa kisah Hachiko hanyalah rekaan orang Jepang untuk meningkatkan kedisplinan dan loyalitas warganya. Namun sejauh yang saya tahu, kisah Hachiko adalah kisah nyata. Saya kira di banyak negara kisah-kisah inspiratif seperti itu juga ada. Kebetulan yang terjadi di Jepang adalah tentang kisah sang profesor dan Hachiko yang kemudian dikenang dan diabadikan," ujar Takonai, salah satu warga Jepang kepada detikTravel.

Waktu telah terbentang sedemikian lama, namun kisah kesetiaan terus abadi. Bahkan, tubuh Hachiko saat ini disimpan di Museum Natural Science, Ueno, Tokyo. Sedangkan tempat kematiannya yang juga tempat pertemuan antara dia dengan Profesor Hidesaburo kini menjadi meeting point anak-anak muda untuk bertemu dengan orang-orang tercintanya.

Jika Anda datang ke Tokyo, sempatkan datang ke Stasiun Shibuya. Dari kisah Hachiko, si anjing Akita yang ceritanya telah diabadikan sedemikian rupa, kita bisa berkaca atau menakar kesetiaan kita dalam persahabatan atau kepada orang-orang tercinta.

Sumber : DetikTravel

No comments:

Post a Comment