Siapa tak kenal kisah anjing Hachiko yang setia menunggu tuannya di
Stasiun Shibuya, sampai si anjing ini meninggal. Kisah haru ini begitu
mendunia sampai difilmkan Hollywood. Kunjungilah monumennya di Shibuya.
Kalau
Anda berkunjung ke Tokyo, sempatkan untuk mengunjungi Shibuya-eki, atau
Stasiun KA Shibuya di tengah keramaian Kota Tokyo. Selain Anda akan
belajar tentang penataan arus manusia secara tertib dan nyaman, Anda
juga akan bertemu dengan salah satu monumen yang dibangun warga Jepang
untuk menghormati kesetiaan.
Stasiun Shibuya adalah salah satu
stasiun komuter tersibuk di Jepang. Jutaan orang keluar masuk stasiun
dengan untuk memanfaatkan jasa kereta api yang berbagai tujuan yang
berhenti di stasiun tersebut. Tidak ada luapan orang, tidak ada yang
berjejal. Semua tertib dan nyaman.
Lebih dari itu, sesampai Anda
di Shibuya, jangan lewatkan untuk singgah atau setidaknya mampir di
sebuah taman di samping stasiun, di dekat pintu keluar stasiun. Taman
kecil yang bersih dan tertata apik itu terselip di antara
bangunan-bangunan beton yang menjulang. Di sebelahnya adalah perempatan
terpadat di Tokyo.
Namun di taman kecil tersebut selalu menjadi
pilihan orang-orang, terutama anak-anak muda untuk beristirahat di bawah
rimbun pohon besar, bertemu dengan orang tercinta, atau sekadar ingin
berfoto dengan patung seekor anjing yang dipasang di tengah-tengah
taman.
Patung anjing tersebut memang mendapat perhatian khusus.
Patung itu menggambarkan seekor anjing duduk dengan arah pandangan ke
sebuah gerbong kereta kuno yang sengaja dipasang di bekas rel lama
Stasiun Shibuya. Patung itu menunjukkan ekspresi seekor anjing yang
sedang mengawasi sesuatu secara seksama, atau tepatnya menunggu sesuatu
dengan sabar dan penuh harap.
Patung anjing itu memang sangat
terkenal di Jepang, terutama di Tokyo. Patung itu didedikasikan untuk
Hachiko, nama seekor anjing yang kesetiaannya kepada pemiliknya
menginspirasi warga Jepang tentang nilai kesetiaan dan loyalitas.
Hachiko
adalah seekor anjing dari Akita, sebuah daerah di Jepang. Dia
dilahirkan pada tahun 1923 dan sejak kecil dipelihara oleh Profesor
Hidesaburo Ueno, guru besar ilmu pertanian di Universitas Tokyo, yang
tinggal kawasan Shibuya. Hubungan batin antara sang profesor dengan
anjing piaraan ini telah sedemikian akrab setelah selama bertahun-tahun
bersahabat.
Hachiko selalu mengantar sang profesor naik kereta di
Stasiun Shibuya untuk berangkat bekerja dan dia selalu menunggu di
stasiun tersebut pada jam 15.00 waktu setempat, untuk menjemput sang
profesor. Demikian dilakukan hingga bertahun-tahun dengan penuh rasa
kesetiakawanan dari kedua pihak, sang profesor dan si anjing.
Namun
kisah kesetiaan Hachiko dimulai ketika suatu ketika sang profesor
meninggal mendadak di kampusnya karena serangan jantung. Jenazah sang
profesor dikebumikan di daerah asalnya, tidak melewati Shibuya. Meski
demikian Hachiko terus menunggu dengan setia menunggu kepulangan sang
profesor.
Hachiko menjadi anjing pengembara yang memakan apa saja
untuk mengganjal lapar. Namun setiap jam 15.00 waktu setempat, Hachiko
pasti telah berada di tempat yang biasa menjadi tempat pertemuan antara
dirinya dengan sang profesor. Hal itu terus dilakukannya selama sembilan
tahun kemudian. Hachiko kemudian ditemukan mati persis di titik
penantiannya, pada tahun 1935.
"Konon dia mati dengan tatapan
pandangan persis ke arah stasiun. Setelah perutnya dibedah, ternyata di
dalamnya ditemukan berbagai sampah seperti plastik, kayu, kerikil, tusuk
sate dan lain-lainnya. Mungkin dia kelaparan sehingga memakan apa
saja," ujar Andre, seorang pemandu wisata di Jepang.
Kisah
Hachiko dan kesetiaannya lalu menyebar di seantero Jepang. Kisah yang
menyentuh tersebut kemudian diabadikan warga Jepang dengan membuatkan
patung dari bahan perunggu kualitas istimewa, persis di tempat Hachiko
mati. Di depannya juga dipasang gerbong kereta api kuno untuk menguatkan
penggambaran penantian Hachiko.
Hachiko semakin mendunia ketika
kisahnya diangkat ke layar lebar oleh Hollywood dengan judul 'Hachi: The
Dog’s Tale' pada tahun 2009. Film garapan sutradara Lasse Halstrom ini
dibintangi Richard Gere.
"Ada yang mengatakan bahwa kisah Hachiko
hanyalah rekaan orang Jepang untuk meningkatkan kedisplinan dan
loyalitas warganya. Namun sejauh yang saya tahu, kisah Hachiko adalah
kisah nyata. Saya kira di banyak negara kisah-kisah inspiratif seperti
itu juga ada. Kebetulan yang terjadi di Jepang adalah tentang kisah sang
profesor dan Hachiko yang kemudian dikenang dan diabadikan," ujar
Takonai, salah satu warga Jepang kepada detikTravel.
Waktu telah
terbentang sedemikian lama, namun kisah kesetiaan terus abadi. Bahkan,
tubuh Hachiko saat ini disimpan di Museum Natural Science, Ueno, Tokyo.
Sedangkan tempat kematiannya yang juga tempat pertemuan antara dia
dengan Profesor Hidesaburo kini menjadi meeting point anak-anak muda
untuk bertemu dengan orang-orang tercintanya.
Jika Anda datang ke
Tokyo, sempatkan datang ke Stasiun Shibuya. Dari kisah Hachiko, si
anjing Akita yang ceritanya telah diabadikan sedemikian rupa, kita bisa
berkaca atau menakar kesetiaan kita dalam persahabatan atau kepada
orang-orang tercinta.
Sumber : DetikTravel
No comments:
Post a Comment